Selasa, 04 Mei 2010

Schizopherenia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Skizofrenia adalah gangguan yang kompleks yang dapat muncul dalam beberapa bentuk. Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).

Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.

75% Penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.

Beban ekonomi dan penderitaan yang harus ditanggung oleh penderita skizofrenia ternyata sangat besar. Ini dapat dilihat dari dari data yang ada bahwa 8 % pasien dengan skizofrenia tidak bekerja, 50 % melakukan usaha bunuh diri, 10 % berhasil melakukan usaha bunuh diri, belum lagi besarnya biaya yang harus dikeluarkan baik secara langsung untuk membeli obat-obatan dan biaya perawatan, maupun secara tidak langsung seperti hilangnya pendapatan pasien, waktu yang diberikan oleh care-givers untuk penderita, serta penderitaan yang dialami oleh pasien dan pihak keluarga.

Psikosis dapat terjadi ketika seseorang kehilangan kemampuan untuk membedakan apakah yang dialami itu pengalaman yang berdasarkan realita atau bukan. Suatu gangguan sudah dapat dikatakan psikosis apabila terdapat gejala berupa waham atau halusinasi. Gangguan yang termasuk kelompok psikosis adalah skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif, gangguan wwaham, brief psikotic disorder, psikotik terbagi atau folie adeux, dan psikotik karena kondisi medis umum atau zat. Sedangkan gangguan yang berhubungan dengan gambaran psikotik adalah mania, depresi, gangguan kognitif, demensia.

Skizofrenia merupakan salah satu dari kelompok gangguan psikotik, yang dikarakteristikkan dengan simptom positif atau negatif dan sering dihubungkan dengan kemunduran penderita dalam menjalankan fungsinya sehari-hari. Seseorang yang menderita s Skizofrenia akan mengalami kesulitan untuk membedakan manakah pengalaman yang berdasarkan realita dan bukan, pikiran sesuai logika atau tidak, perilaku yang serasi atau tidak. Skizofren akan memperburuk kemampuan seseorang untuk bekerja, sekolah, berhubungan dengan orang lain dan merawat diri. Penderita dengan skizofrenia dapat mengalami remisi dan kekambuhan, mereka dapat dalam waktu yang lama tidak muncul gejala, maka skizofrenia sering disebut dengan penyakit kronik. Karena itu perlu mendapatkan perhatian medis yang sama, seperti juga individu-individu yang menderita penyakit kronik lainnya misalnya hipertensi dan diabetes mellitus.

Skizofrenia merupakan merupakan suatu gangguan jiwa berat yang akan membebani masyarakat sepanjang hidup penderita, dikarakteristikkan dengan disorganisasi pikiran, perasaan, dan perilaku (Lenzenweger & Gottesman, 1994). Skizofrenia merupakan penyakit yang paling menghancurkan penderitanya karena mempengaruhi setiap aspek dari kehidupannya. Seseorang yang penderita skizofrenia akan mengalami gangguan dalam pembicaraan yang terstruktur, proses atau isi pikir dan gerakan serta akan tergantung pada orang lain selama hidupnya (Piotrowski, 2004).

Penilaian dan manajemen dalam penatalaksanaan pasien skizofrenia perlu dilakukan dengan menentukan diagnosis yang lebih akurat dan pilihan pengobatan yang lebih efektif dan efisien dengan mempertimbangkan banyak aspek. Ini memberikan harapan hasil yang lebih baik seperti gangguan fungsi yang dialami oleh pasien mengalami perbaikan, kualitas hidup penderita menjadi lebih baik dan penderitaan emosional; yang dialami oleh pasien dan anggota keluarga berkurang.

Mengetahui aspek biologi dari skizofrenia sangat membantu kita dalam aplikasi klinis sehingga terapis dapat mengatahui patologi intrakranial, prediksi yang terjadi pada pasien dan monitoring respon obat. Mengetahui psikofarmakologi dalam hal ini obat-obat antipsikotik generasi kedua penting untuk mengetahui keuntungan dalam keamanan dan efikasi pengobatan dibandingkan obat-obat anti psikotik generasi peertama. Penelitian yang dilakukan saat ini mengarahkan terjadinya skizofrenia karena ketidakseimbangan neurokimia yang disebut dengan neurotransmiter. Melalui teknik pencitraan dengan menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI), Positron Emision Tomography (PET), atau Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT) memungkinkan kita mengetahui adanya perubahan struktur dan fungsi pada otak penderita skizofrenia.

Penanganan terbaik yang dilakuka terhadap penderita skizofrenia meliputi penatalaksanaan yang menyeluruh dan terintegrasi serta memperhatikan seluruh aspek dari tiap-tiap penderita sehingga tidak hanya dapat meningkatkan kualitas hidup dan harkat penderita skizofrenia itu sendiri tetapi juga keluarganya.

Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan psikolog.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dirumuskan beberapa masalah pada makalah ini :

1) Apakah definisi Skizofrenia ?

2) Bagaimanakah epidemiologi Skizofrenia ?

3) Apa saja gejala yang ditimbulkan Skizofrenia ?

4) Bagaimana pencegahan Skizofrenia ?

5) Bagaimana mengatasi Skizofrenia ?

6) Apakah dapat disembuhkan?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan dari rumusan masalah yang dikemukakan di atas , maka tujuan penulisan dari makalah ini adalah :

1) Untuk mengetahui definisi Skizofrenia

2) Untuk mengetahui bagaimanakah epidemiologi Skizofrenia.

3) Untuk mengetahui apa saja gejala yang ditimbulkan Skizofrenia.

4) Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah dan mengatasi Skizofrenia.

5) Untuk mengetahui apa langkah demi penyembuhan skizofrenia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Skizofrenia

Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “Skizo” yang artinya retak atau pecah (split), dan :frenia: yang artinya jiwa. dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian.

Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).

Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.

B. Epidemiologi Skizofrenia

1. Individu yang didiagnosis dengan skizofrenia 60-70 % tidak pernah menikah.

2. Penderita skizofrenia 25-50 % berusaha untuk bunuh diri dan 10 % nya berhasil melakukan bunuh diri.

3. Faktor resiko yang meningkatkan terjadinya kasus bunuh diri pada penderita skizofrenia adalah gejala depresi, usia muda, tingkat fungsi pramorbid yang tinggi, halusinasi dengar, usaha bunuh diri sebelumnya, tinggal sendiri, perbaikan setelah relaps, ketergantungan pada rumah sakit, ambisi yang telalu tinggi, dan jenis kelamin laki-laki.

B.1 Epidemiologi Skizofrenia Menurut Orang

· Schizophrenia dialami kira-kira 1% pada populasi dunia (0,85%).

· Angka insidens skizofrenia adalah 1 per 10.000 orang per tahun.

· Prevalensi skizofrenia berdasarkan jenis kelamin, ras dan budaya adalah sama. Wanita cenderung mengalami gejala yang lebih ringan, lebih sedikit rawat inap dan fungsi sosial yang lebih baik di komunitas dibandingkan laki-laki.

· Ditemukan merata pada seluruh tingkat social, Namun lebih sering pada golongan social ekonomi lemah.

· Penyalahgunaan obat (tembakau. amphetamine, cocaine, dan alkohol, (note : nicotine as a self medication cause nicotine activation dopamine receptor, so it can decrease concentration of antipsycotics althougt it can improve caognitif impairment and parkinsonism.

· Masalah saat kehamilan dan proses kelahiran, seperti: influenza epidemic, kelaparan, rhesus incompatibility

· Genetik, kromosom 6, 4, 8,15, 22. Linkage yang terkait 1q, 5q, 6q, 6p, 8p, 10p, 13q,15q, 22q.

· Imunovirologi, ensepalitis akut diperkirakan menyebabkan schizphrenia.

· Hasil survei kesehatan mental rumah tangga (SKMRT) menunjukkan, sebanyak 185 orang dari 1.000 penduduk dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan jiwa. Gangguan mental emosional yang terjadi pada usia 15 tahun ke atas dialami 140 per 1.000 penduduk dan di tataran usia 5-14 tahun 104 per 1.000 penduduk.

· Penelitian terakhir menunjukkan, 37% warga Jawa Barat mengalami gangguan jiwa, mulai dari tingkat rendah sampai tinggi.

· prevalensi warga Jabar mengalami gangguan mental emosional tertinggi se-Indonesia dengan kisaran 20%. Artinya, satu dari lima orang dewasa mengalami gangguan jiwa.

· 90% pasien yang menderita gangguan jiwa berasal dari kalangan miskin, sebanyak 70% kasus di antaranya disebabkan masalah ekonomi, seperti pemutusan hubungan kerja (PHK), pengangguran, dan lainnya.

· Temuan WHO menunjukkan, diperkirakan 873.000 orang bunuh diri setiap tahun. Lebih dari 90% kasus bunuh diri berhubungan dengan gangguan jiwa seperti depresi, skizofrenia dan ketergantungan terhadap alkohol.

· separuh penderita skizofrenia (50,9%) berumur 21-30 tahun dengan jenis kelamin laki-laki (52,8%), tingkat pendidikan penderita paling banyak SD (37,7%) dan SLTP (37,7%), dan lebih dari separuh penderita tidak bekerja (66,0%).

· Satu dari lima penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa dan mental. Artinya 264 per 1000 anggota rumah tangga di Indonesia menderita gagguan jiwa mulai yang ringan hingga yang berat

· 44,6 per 1.000 penduduk di Indonesia menderita gangguan jiwa berat seperti skizofrenia. Angka rasio ini melebihi batas yang ditetapkan WHO, yang cuma 1 – 3 per mil penduduk. Padahal, data tahun 1980-an, penderita skizofrenia di Indonesia hanya 1 – 2 tiap 1.000 penduduk.

· Jumlah penderita dalam keluarga lebih banyak dibandingkan dengan penderita pada populasi umum. Satu dari 100 orang dalam populasi umum pernah menderita skizofrenia dalam periode hidupnya, sementara dari 100 saudara kandung penderita dijumpai 13 orang juga skizofrenia.

· risiko untuk keponakan adalah 3 persen, masih lebih tinggi dari populasi normal yang hanya 1 persen. Dengan demikian, kemungkinan anak tumbuh sehat adalah 97 persen. Semakin dekat hubungan keluarga biologis, semakin tinggi risiko terkena skizofrenia

· kembar satu telur (ST) mempunyai kesamaan gen 100 persen, sedangkan kembar dua telur (DT) 50 persen. Namun, mereka berada dalam kandungan dan kemudian dibesarkan pada saat yang sama pula. Dengan demikian, bila terlihat lebih banyak penyakit tertentu pada pada kembar ST dibandingkan dengan DT, maka perbedaan itu diduga akibat peranan gen. Kondisi ini terlihat jelas pada skizofrenia dengan risiko jauh lebih tinggi pada kembar ST (48 persen) dibandingkan dengan kembar DT (17 persen).

Populasi

Prevalensi

Populasi Umum

1 %

Pasien schizophrenia tak kembar

8 %

Pasien dengan salah satu ortu penderita

12 %

Kembar dizigotik yang menderita

40 %

Pasien dengan kedua ortu penderita

40 %

Pasien kembar monozigotik yang menderita

47 %

B.2 Epidemiologi Skizofrenia Menurut Tempat

· lebih sering pada daerah perkotaan

· Faktor lingkungan bisa mempengaruhi perkembangan otak individu sejak bayi hingga dewasa muda, karenanya bisa sangat berperan dalam tiap kasus skizofrenia. Misalnya, infeksi virus selama kehamilan, trauma persalinan, trauma psikologis saat tumbuh kembang, atau faktor penyalahgunaan zat pada remaja.

B.3 Epidemiologi Skizofrenia Menurut Waktu

· Onset skizofrenia pada laki-laki terjadi lebih awal dibandingkan pada wanita.

· Onset puncak pada laki-laki terjadi pada usia 15-25 tahun sedangkan pada wanita terjadi pada usia 25-35 tahun.

C. Karakteristik Skizofrenia

1. Gangguan Pikiran

Penderita skizofrenia mengalami gangguan dalam cara berpikir maupun isi
pikirannya.

a. Cara berpikir

Neologisme, disini penderita memiliki frasa-frasa kata yang baru dimana
frasa kata tersebut hanya bisa dimengerti oleh dia sendiri. Dalam
pembicaraanpun mencerminkan asosiasi longgar dimana ide-ide yang dibicarakan
meloncat-loncat dan tidak berhubungan.
Selain itu penderita dipengaruhi oleh
bunyi kata ketimbang maknanya.

b. Isi pikiran

Kebanyakan penderita skizofrenia mengalami waham/delusion ( suatu perasaan
atau keyakinan yang keliru yang tidak bisa diubah dengan penalaran maupun
penyajian fakta ).

Macam waham/delusion :

Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar. Delusion of influence = waham tentang dirinya sendiri
dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar. Delusion of passivity =
waham tentang gerakan tubuh, pikiran maupun tindakan tak berdaya terhadap
suatu kekuatan dari luar. Delusion of perception = waham yang berhubunagn
dengan pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas dan
biasanya bersifat mistik,

2. Gangguan Persepsi

Penderita seringkali merasakan bahwa dunia tampaknya "berbeda" bagi mereka.
Penderita merasa bagian tubuh mereka tampak terlalu besar ataupun terlalu
kecil. Gangguan persepsi yang paling dramatis dinamakan halusinasi.
Halusinasi auditorik/dengar ( biasanya penderita mendengar suara yang
menyuru penderita berperilaku tertentu maupun mengomentari perilakunya )
merupakan halusinasi yang sering terjadi.
Halusinasi visual/lihat (
penderita melihat sesuatu yang asing ) agak jarang ditemukan. Halusinasi
sensorik lain ( penderita merasa ada suatu bau buruk yang keluar dari
tubuhnya, merasa kulitnya ditusuk-tusuk ) juga jarang ditemukan.

3. Gangguan Afek

Pada umumnya penderita tidak merasakan emosi apa-apa. Penderita tidak mampu
merespon stimulus emosi dengan benar. Sebagai contoh penderita mungkin tidak
menunjukan emosi saat diberitahu kalo anaknya meninggal atau tertawa saat
mendapat berita yang tragis.

4. Gangguan Perilaku

Penderita biasanya menunjukan aktivitas motorik dan ekspresi wajah yang
aneh. Ada juga yang melakukan gerakan yang tak lazim tanpa berhenti atau
mempertahankan dalam periode waktu yang lama atau cenderung mematung.

5. Gangguan Kemampuan untuk Bekerja

Pada umumnya penderita kehilangan motivasi kerja dan keterampilan sosial. Selain itu penderita tak memperhatikan kesehatan ( tidak mau mandi ). Dan tidak mampu berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.

D. Gejala Skizofrenia

Skizofrenia memiliki berbagai tanda dan gejala. kombinasi kejadian dan tingkat keparahan pun berbeda-beda berdasarkan individu masing-masing. gejala skizofrenia dapat terjadi kapan saja. gejala pada pria biasanya timbul pada akhir masa kanak-kanak atau awal usia 20-an, sedangkan pada wanita pada usia 20-an atau awal 30-an

gejala skizofrenia tak mudah dikenali. Tanda awal yang bisa dideteksi antara lain, mudah curiga, depresi, cemas, tegang, gampang tersinggung, dan marah. Penderita juga mengalami gangguan tidur, nafsu makan, kehilangan energi dan motivasi, sulit mengingat dan berkonsentrasi. Tanda lainnya, penderita merasa asing di lingkungannya, sehingga menarik diri dari kehidupan sosial.

Gejala skizofrenia baru disadari lingkungan pada saat penderita mengalami periode akut. Yaitu, ketika timbul gejala positif seperti gaduh dan gelisah. Penderita tidak bisa tenang, selalu ingin bergerak. Pikirannya kacau dan bicara melantur, penderita sering berpindah topik pembicaraan yang tak ada kaitannya. Gejala itu disertai rasa curiga berlebihan.

Selain itu penderita mulai meyakini sesuatu yang tak wajar (delusi atau waham), misalnya menganggap dirinya titisan Hitler atau Cleopatra, bisa juga merasa dikejar orang atau binatang. Penderita juga merasa mendengar, melihat, mencium atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tak ada (halusinasi). Karenanya penderita sering bicara atau tertawa sendiri.

Pada tahap lanjut atau kronis, biasanya penderita menjadi pasif, seperti tak ada perhatian pada lingkungan, hidup di dunianya sendiri. Penderita tak mau mengurus dirinya sendiri dan kehilangan perasaan serta emosi. Pada tahap tertentu, dia menunjukkan gejala negatif seperti depresi dan menarik diri.

Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial). Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi. Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.

Skizofrenia dapat mempengaruhi cara berpikir, perasaaan dan tingkah laku. Dokter membedakan gejala skizofrenia dalam tiga kategori berikut:

D.1 Gejala Positif

  • Delusi/waham, yaitu keyakinan yang tidak masuk akal. Contohnya berpikir bahwa dia selalu diawasi lewat televisi, berkeyakinan bahwa dia orang terkenal, berkeyakinan bahwa radio atau televisi memberi pesan-pesan tertentu, memiliki keyakinan agama yang berlebihan
  • Halusinasi, yaitu mendengar, melihat, merasakan , mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada. sebagian penderita, mendengar suara/bisikan bersifat menghibur atau tidak menakutkan, sedangkan lainnya mungkin menganggap suara/bisikan tersebut bersifat negatif/buruk atau memberikan perintah tertentu.
  • Pikiran Paranoid, yaitu kecurigaan yang berlebihan. Contohnya merasa ada seseorang yang berkomplot melaean, mencoba mencelakai atau mengikuti. percaya ada mahluk asing yang mengikuti dan yakin dirinya diculik/dibawa ke planet lain.

D.2 Gejala Negatif

  • Motivasi rendah (low motivation). Penderita akan kehilangan ketertarikan pada semua aspek kehidupan. energinya terkuras sehingga mengalami kesulitan melakukan hal-hal yang biasa dilakukan, misalnya bangun tidur akan membersihkan rumah
  • Menarik diri dari masyarakat (Social withdrawal). Penderita akan kehilangan ketertarikan untuk berteman, lebih suka menghabiskan waktu sendirian dan merasa terisolasi.

D.3 Gejala Kognitif

  • Mengalami problema dengan perhatian dan ingatan. Pikiran mudah kacau sehingga tidak bisa mendengarkan musik/menonton televisi lebih dari beberapa menit. Sulit mengingat sesuatu, seperti daftar belanjaan.
  • Tidak dapat berkonsentrasi, sehingga sulit membaca, menonton televisi dari awal hingga selesai, sulit mengingat/mempelajari sesuatu yang baru.
  • Miskin perbendaharaan kata dan proses berpikir yang lambat. Misalnya saat mengatakan sesuatu dan lupa apa yang telah diucapkan, perlu usaha keras untuk melakukannya.

Bagaimana Gejala-gejala Skizofrenia Terjadi?

Skizofrenia merupan penyakit yang mempengaruhi otak. Pada otak terjasi proses penyampaian pesan secara kimiawi (neutotranmiter) yang akan meneruskan pesan sekitar otak. pada penderita skizofrenia, produksi neutrnsmiter dopamin berlebihan, sedangkan kadar dopamin pada bagian lain dari otak terlalu sedikit. dopamin tersebut berperan penting pada perasaan senang dan pengalaman mood yang berbeda. Bila kadar dopamin tidak seimbang (berlebihan atau kurang) penderita dapat mengalami gejala positif atau negatif. Penyebab ketidakseimbangan dopamin ini masih belum diketahui atau dimengerti sepenuhnya. Pada kenyataannya, awal terjadinya skizofrenia kemungkinan disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor tersebut.

E. Faktor Penyebab Skizofrenia

faktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhi terjadinya skizofrenia, antara lain :

· sejarah keluarga,

· tumbuh kembang ditengah-tengah kota,

· penyalahgunaan obat seperti amphetamine ,

· stres yang berlebihan dan

· komplikasi kehamilan.

· lingkungan

F. Cara Mengatasi Gejala Skizofrenia

Ada beberapa langkah yang dapat membantu mengatasi gejala skizofrenia, antara lain belajar menanggulangi stres, pikiran negatif, belajar rileks, dan tidak menggunakan alkohol ataupun obat-obatan tanpa sepengetahuan dokter serta segera berkonsultasi ke dokter/psikiater bila timbul gejala-gejala seperti yang disebutkan diatas.

  • Bantuan dari orang-orang terdekat
  1. pada skizofrenia fase aktif, penderita mudah terpukul oleh problema yang sederhana sekalipun. kurangi pemberian tanggung jawab agar tidak membebani penderita dan mengurangi stres jangka ppendek. tetapi dengan mengambil semua tanggung jawabnya, akan menimbulkan ketergantungan dan problema di kemudian hari
  2. penderita skizofrenia mungkin menggunakan kata-kata yang tidak masuk akal/ agar lebih memahami, cobalah berkomunikasi dengan cara lain dan mengajak melakukan aktivitas bersama-sama seperti mendengarkan musik, melukis, menonton televisi, atau menunjukkan perhatian tanpa harus bercakap-cakap
  3. Jangan membicarakan penderita jika penderita skizofrenia tidak ada. penderita skizofrenia biasanya perhatian (sensitif dengan apa yang terjadi di sekitarnya.

G. Apakah Skizofrenia Dapat disembuhkan?

Sebenarnya tiga dari empat penderita skizofrenia dapat mengalami perbaikan yang bermakna atau pulih dengan baik dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara normal, tetapi sembuh atau tidaknya belum dapat diketaui. satu-satunya jalan untuk mengendalikan adalah dengan pemberian obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan terapi pendukung (tanpa obat-obatan).

Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu menghindari reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan dan terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan.

G.1 Pengobatan dengan Antipsikotik

Obat antipsikotik banyak beredar di pasaran yang diresepkan oleh dokter. meskipun efektif mengatasi gejala-gejala skizofrenia, obat ini menimbulkan berbagai efek samping seperti : kekakuan otot, gerakan kaku seperti robot, mengantuk, sindroma metabolik seperti peningkatan berat badan (kegemukan), diabetes melitus, meningkatnya hormon prolaktin dalam darah sehingga menyebabkan gangguan seksual, amenorea (tidak haid), galaktorea (keluarnya air susu), ginekomastia (membesarnya payudara pada pria), yang sudah tentu akan sangat mengganggu pada wanita lajang atau pria.

Sindroma metabolik juga dapat menyebabkan gangguan pembuluh darah dan jantung. Sebaiknya sebelum memberikan antipsikotik perlu dilakukan pemeriksaan darah secara teratur untuk menghindari kejadian tersebut.

Antipsikotik generasi terbaru bekerja dengan menstabilkan penyampaian pesan melalui dopamin, tidak bekerja memblokir total dopamin seperti halnya antipsikotik yang lain. obat ini sipercaya akan mengurangi atau mengatasi gejala-gejala skizofrenia – positif, negatif, dan memperbaiki kognitif – dengan efek samping yang dapat ditoleransi lebih baik dibandingkan antipsikotik sebelumnya. jadi dengan pemberian generasi terbaru ini, efek samping obat antipsikotik sebelumnya dapat dihindari dan kualitas hidup pasien akan membaik serta dapat kembali ke kehidupan yang normal.

G.2 Terapi Pendukung dan Psikoterapi

Terapi pendukung biasanya dikombinasi dengan obat antipsikotik guna membantu menurunkan atau mengatasi gejala skizofrenia, mencegah kekambuhan, membantu pasien tetap berobat dan membantu pasien kembali ke kehidupan yang normal.

Walau tidak meyembuhkan, psikoterapi dapat membantu pasien mengatasi gejala-gejala spesifik, seperti : anxietas (kecemasan), panik, fobia, gangguan hubungan antar manusia, dan gangguan psikologi seksual.

Pengobatan berkemungkinan juga dapat membantu pasien melihat kenyataan bahwa dia menderita skizofrenia dan perlu mematuhi pengobatan yang dilakukan atau dianjurkan oleh dokter. Psikoteraoi ini dapat dilakukan baik pada individu atau anak-anak, maupun dengan pasangan, keluarga tau berkelompok.

G.3 Treatment Untuk Skizofrenia

1. Tritmen biologis: terapi obat Pemberian obat2an anti psikotik, minyak ikan

2. Tritmen sosial dan psikologis - intervensi perilaku, kognitif, dan sosial (melatih ketrampilan berbicara, ketrampilan mengelola diri sendiri, ketrampilan mengelola gejala, terapi kelompok, melatih ketrampilan kerja, dll)

3. Tritmen lintas budaya Penyembuhan tradisional (dengan doa-doa, upacara adat, jamu, dll) sesuai budaya setempat

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

· Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal.

· Skizofrenia mempunyai prevalensi sebesar 1 % dari populasi di dunia (rata-rata 0,85 %)

· Skizofrenia memiliki berbagai tanda dan gejala. kombinasi kejadian dan tingkat keparahan pun berbeda-beda berdasarkan individu masing-masing. gejala skizofrenia dapat terjadi kapan saja.

· Tanda awal yang bisa dideteksi antara lain, mudah curiga, depresi, cemas, tegang, gampang tersinggung, dan marah. Penderita juga mengalami gangguan tidur, nafsu makan, kehilangan energi dan motivasi, sulit mengingat dan berkonsentrasi. Tanda lainnya, penderita merasa asing di lingkungannya, sehingga menarik diri dari kehidupan sosial.

· faktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhi terjadinya skizofrenia, antara lain : sejarah keluarga, tumbuh kembang ditengah-tengah kota, penyalahgunaan obat seperti amphetamine , stres yang berlebihan dan komplikasi kehamilan.

· beberapa langkah yang dapat membantu mengatasi gejala skizofrenia, antara lain belajar menanggulangi stres, pikiran negatif, belajar rileks, dan tidak menggunakan alkohol ataupun obat-obatan tanpa sepengetahuan dokter serta segera berkonsultasi ke dokter/psikiater bila timbul gejala-gejala seperti yang disebutkan diatas.

· satu-satunya jalan untuk mengendalikan skizofrenia adalah dengan pemberian obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan terapi pendukung (tanpa obat-obatan)

B. Saran

Pada remaja perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.

Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun disarankan agar keluarga perlu menghindari reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan dan terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan. Perawatan terpenting dalam menyembuhkan penderita skizofrenia adalah perawatan obat-obatan antipsikotik yang dikombinasikan dengan perawatan terapi psikologis.

DAFTAR PUSTAKA

Sinaga, B R.2007.Skizofrenia & Diagnosis Banding.Fakultas Kedokteran UI:Jakarta.

Skizofrenia dalam http://klinis.wordpress.com/2007/08/31/skizofrenia/ (Sabtu, 12 Desember 2009. Jam 20:12 WIB)

Seputar dunia skizofrenia dalam http://dewabenny.com/2008/06/13/seputar-dunia-skizofrenia/ (Sabtu, 12 Desember 2009. Jam 20:25 WIB)

Skizofrenia dalam http://wapedia.mobi/id/Skizofrenia (Sabtu, 12 Desember 2009. Jam 21:03 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar