Senin, 19 April 2010

Pengelolaan Limbah

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Dalam kehidupan sehari – hari, manusia melakukan berbagai macam kegiatan, diantaranya menguntungkan meraka dan di sisi lain ada yang merugikan manusia itu sendiri, salah satunya yaitu limbah yang dihasilkan dari kegiatan manusia. Limbah rumah tangga, industri kecil, rumah sakit, dan juga pabrik – panbrik.

Limbah yang dihasilkan ini akan menjadi masalah bagi kehidupan manusia, dapat menimbulkan berbagai maca penyakit dan merusak lingkungan sekitar. Untuk itu maka perlu diketahui apa limbah itu, bagaimana dampak pada lingkungan dan hal – hal lain yang berhubungan dengan limbah.

1.2. Rumusan masalah

a. Apa pengertian dari limbah?

b. Apa keebijakan pemerintah tentang limbah?

c. Masalah apa yang ditimbulkan oleh limbah?

d. Penyakit apa saja yang dapat muncul dan ditularkan oleh limbah?

e. Darimana sumber limbah?

f. Berapa batas aman dari limbah?

1.3. Tujuan

a. Untuk menjabarkan apa itu limbah

b. Untuk menjelaskan kebijakan pemerintah tentang limbah

c. Untuk menjabarkan tentang masalah dan penyakit yang ditimbulkan oleh limbah

d. Untuk menjelaskan darimana limbah tersebut berasal

e. Untuk menjelaskan batas aman limbah yang merada di suatu daerah

1.4. Manfaat Penulisa

penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis sendiri pada khususnya dan pemabca pada umumnya. Selanjutnya semoga makalah ini dapat dijadikan sumber referensi dalam perkembangan ilmu kesehatan lingkungan sendiri

BAB 2

PENGELOLAAN LIMBAH

2.1. air limbah

Menurut ehless dan stell, air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industry, dan tempat – temapt umum lainnya dan biasanya sa mengandung bahan – bahan atau zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan.

Ada beberapa sumber dari air limbah:

a. Rumah tangga , seperti: air bekasa cucian, air bekasa memasak, dan sebagainya

b. Perkotaan, seperti: air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan sebagainya.

c. Industry, seperti: air limbah dari pabrik baja, pabrik tinta, dan sebagainya.

Air limbah dari rumah tangga mengandung bahan organic sehingga lebih mudah dalam pengelolaannya. Lain halnya dengan limbah industry yang lebih sullit pengelolaannya karena mengandung pelarut mineral, logam berat, dan zat – zat organic lainnya yang bersifat toksik.

Volume air limbah yang dihasilkan masyarakat dipengaruhi oleh:

a. Kebiasaan manusia, seperti: makin banyak orang yang menggunakan air maka kan semakin banyak limbah cair yang dihasilkan.

b. Penggunaan system pembuangan kombinasi terpidah. Pada system kombinasi, volume air limbah mencapai 80 – 100 galon perkapita. Sedangkan pad system terpisah, volume air limbah mencapai rata – rata 25 – 50 galon perkapita.

c. Waktu. Air limbah rumah tangga misalnya yang mengalir sepanjang waktu sehingga menghasilkan banyak limbah. Demikian halnya dengan limbah yang dihasilkan oleh industry tergantung waktu industry tersebut beroperasi.

Ada bebrapa karakteristik air limbah, seperti berikut:

a. Karakteristik fisik

Air limbah terdiri dari 99,9% air, sedangkan kandungan zat padatnya mencapai 0,1% dalam bentuk suspense padat yang volumenya bervariasi antara 100 – 500 mg/l. apabila suspense kurang dari 100 mg/l, air limbah disebut lemah, sedangkan bila lebih dari 500 mg/l disebut kuat

b. Karakteristik kimia

Air limbah biasanya dicampur dengan zat kimia anorganic yang berasal dari air bersih dan zat organic dari limbah itu sendiri. Air limbah yang pertama keluar bersifar basa, dan setelah membusuk, lama kalamaan akan bersifat asam karena sudah mengalami proses dekomposisi yang dapat menimbulkan bau.

Komposisi campuran zat dapat berupa:

1) Gabungan degan nitrogen misalnya urea, protein, dan lain sebagainya

2) Gabungan dengan non-nitrogen misalnya lemah, sabun, dan sebagainya.

c. Karakteisitik bakteriologis. Bakteri yang terdapat didalam air limbah biasanya berupa E-coli

Berikut ini adalah beberapa parameter yang dapat digunakan berkaitan dengan air limbah:

a. Kandungan zat organic

b. Kandungan zat padat

c. Kandungan zat anorganik ( misalnya: Pb, P, Cd, dll )

d. Kandungan gas ( misalnnya: O2, N, dll )

e. Kadungan bakteri ( misaknya: E-Coli )

f. Kandungan pH

g. Suhu

Ada bebrapa parameter yang digunakan dalam pengukur kadar oksigen didalam air limbah:

a. Chemical oxygen demand ( COD )

Adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan – bahan organic yang terdapat didalam air secara sempurna

b. Biochemical oxygen demand ( BOD )

Adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan proses dekomposisi aerobic terhadapat bahan organic dari lautan, dibawah suhu tertentu ( - 20º ) dan waktu tertentu ( umumnya 5 hari ). Hasilnya dapam bentu mg/l. kebutuhan BOD bervariasi antara 100 – 300 mg/l.

Dampak dari pembuangan air limbah:

a. Kontaminasi dan pencemaran terhadap air permukaan dan bahn – bahan air yang digunakan oleh manusia

b. Mengganggu kehidupan dalam air; mematikan hewan dan tumbuhan air

c. Meningkatkan bau

d. Menghasilkan lumpur yang mengkibatkan pendangkalan air sehinggga terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir.

Pengelolaan air limbah

Adapun tujuan dari pengelolaan air limbah itu sendiri adalah:

a. Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga

b. Melindungi dhewan dan tumbuhan

c. Menghindari pencemaran tanah permukaan

d. Menghilangkan tempat perkembangbiakan bibit atau vector penyakit.

System pengelolaan limbah harus memebuhi pesyaratan seperti berikut:

a. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum

b. Tidak mengkibatkan pencemaran air permukaan

c. Tidak menimbulkan pencemaran pad flora dan dauna

d. Tidak dihinggapi oleh vector atau serangga yang menyebabkan penyakit

e. Tidak terbuka dan harus tertutup

f. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.

Ada bebrapa metode yang digunakan dalam pengelolaan air limbah:

a. Pengenceran

Air limbah dialirkan ke sungai, laut dengan tujuan agar limbah tersebut mengalami pengenceran sehingga dapat terjadi proses purifikasi secara alami. Namun, cara ini dapat mencemari air permukaan dan penyebarluasan bibit bakteri pathogen. Persyaratan yang harus dipenuhi:

1) Air sungai atau dananu tidak boleh digunakan untuk keperluan lain

2) Volume air mencukupi sehingga pengenceran dapat berlangsung kurang dari 30 – 40 kali

3) Air harus mengandung oksigen yang cukup

b. Cesspool

Metode ini menyerupai sumur tetapi digunakan untuk pembuangan air lumnmah. Dibuat pada tanah yang porous ( berpasir )agar limbah dapat menyerap kedalam tanah. Apabial sudah penuh akan dihisap kembali dan dipindahkan ke cesspool lain atau dibuat secara berangkai. Jarak cesspool dengan sumber air bersih lebih kurang 45 m atau 6 m dari pondasi rumah

c. Sumur resapan

Merupakan sumur tempat menampung air limbah yang telah dioleh dengan cara lain. Diameternya 1 – 2,5 m dan kedalaman 2,5 mm dan lama pemakaian sekitar 6 – 10 tahun.

d. Septik tank

Menurt WHO, ini merupakan cara terbaik dalam pengelolaan limbah tapi harganya maha, dan memerlukan tempat yang luas. Ada empat bagian:

1) Ruang pembusukan

Dalam ruang ini limbah ditahan anta 1 -3 hari dan akan mengalmi penguraian oleh bakteri sehingga menghsilkan gas yang dialirkan ke dosing chamer dan lumpur.

2) Ruang lumpur

Tempat penampungan lumpur dari suang pembusukan. Selanjutnya apabila sudah penuh akan dipompa keluar

3) Dosing chamber

Terdapat siphon McDonald yang berfungsi mengtur kecepatan air yang akan dialirkan ke bidang resapan agar merata.

4) Bidang resapan

Bidang ini akan menyerap keluar dari dosing chamer dan menyaring bakteri dan bibit penyakit. Panjangnya lebih kurang 10 m.

e. System riool

Berupa sumur tempat menampungan semua limbah. Pengeloalaai dilakukan dengan:

1) penyaringan

2) pengendapan

3) proses bilogi

4) disaring degnan saringan pasir

5) desinfksi

6) pengenceran

ada bebrapa cara lain dalam pengelolaan limbah:

1. irigasi

2. kolam oksidasi

3. pengelolaan secara primer dan sekunder

Air Limbah Rumah Tangga

Air limbah rumah tangga adalah air limbah yang berasal dari air buangan kamar mandi, dapur, air cucian dan lainnya. . implikasi pembuangan air limbah rumah tangga tergantung pada

a. teknologi yang dimanfaatkan

b. volume air limbah

c. iklim setempat

d. jenis tanah

e. kondisi air tanah

ada 5 cara pembuangan air limbah rumah tangga:

a. pembuangan umum

b. menyiramkan pada tananman

c. dibuang kelapangan penserapan

d. dialirkan kesaluran terbuka

e. dialirkan kesaluran tertutup

beberapa penyakit yang dapat ditimbulkan

a. perkembangan nyamuk culex yang menimbulkan penyakit

b. cacingan

c. penyebaran diare

Limbah Industry

Karakteristik limbah industry

a. karakteristik fisik

a. padatan

b. kekruhan

c. bau

d. tempeeratur

e. daya hantar listrik

f. warna

b. karakteisitik kimia

a. bahan kimia organic, seperti: karbohidrat, protein, minyak dll

b. bahan kimia anorganik, seperti: klorida, foffor, dll

c. karakteristik biologi

a. virus

pengelolaan limbah cair industry

a. pengelolaan berdasarkan tingkat perlakuan

a. pra pengelolaan

b. pengelolaan primer

c. pengelolaan sekunder

d. pengelolaan teriser

b. pengelolaan berdasarkan karakteristik

a. pengelolaan fisik

b. pengelolaan kimia

c. pengelolaan biologi

d. proses fisika kimia biologi

e. pengelolaan tingkat lanjut

Pengolahan Dan Pemanfaatan Limbah Elektroplating

Limbah industri elektroplating berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dan hasil dari proses pelapisan. Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah bahan beracun sehingga limbah yang dihasilkan berbahaya bagi kesehatan manusia baik yang terlibat langsung dengan kegiatan industri maupun yang di sekitar perusahaan.Pelapisan logam merupakan pengendapan satu lapisan logam tipis pada suatu permukaan logam atau plastik yang dilakukan dengan tenaga listrik, tetapi bias juga bisa dilakukan dengan menggunakan reaksi kimia.

Jenis – jenis:

1. Limbah Asam, Asam dapat menyebabkan luka pada kulit, selaput lendir, selaput mata dan saluran pernapasan.

2. Limbah Basa, Bahan-bahan basa seperti ammonium hidroksida, potassium hidroksida, sodium hidroksida, sodium sianida, sodium karbonat, sodium pryophospat, sodium silikat dan trisodium phispat tidak begitu bahaya bagi sistem saluran pernafasan, tetapi dapat mengiritasi kulit.

3. Limbah Garam dan Senyawa Lainnya, Sianida sangat beracun, dan dapat mematikan bila tertelan. Menyebabkan iritasi kerongkongan, pusing-pusing, mabuk, mual, lemah dan sakit kepala dan bahkan berhenti bernafas.

Sistem pengolahan lain yang telah diterapkan pada industri elektroplating adalah

  1. Elektrodialisis untuk memperoleh kembali ion logam dalam larutan pelapisan
  2. Osmosis balik digunakan untuk memperoleh kembali garam pelapisan dan larutan
  3. Penukaran ion adalah proses lain untuk memperoleh kembali logam yang digunakan di banyak pabrik pelapisan
  4. Penguapan memerlukan modal dan biaya energi yang tinggi, tetapi telah dipakai di beberapa tempat untuk menghemat biaya logam dan biaya bahan kimia
  5. Saringan pasir bekerja baik pada tahap penghalusan akhir sesudah pengendapan.

Langkah-langkah berikut dapat digunakan untuk mengurangi limbah:

1. Pembilasan dengan aliran berlawanan atau penyemprotan

2. Penggunaan katup kendali aliran pada saluran penyediaan air

3. Penundaan operasi di atas penangas atau tangki pembilas supaya penirisan tuntas

4. Penggunaan tangki peniris dan atau tangki penarik, dan alat pengocok untuk memperbaiki penirisan

5. Penggunaan dinding penahan percikan, bibir penahan, dan tangki penampung untuk menampung percikan, tumpahan dan bocoran

6. Daur ulang larutan penangas yang masih pekat

7. Pemisahan limbah yang mengandung asam, alkali, sianida dan krom

8. Pemisahan pelarut dan minyak untuk digunakan lagi (distilasi atau penggunaan di luar pabrik), atau penggunaan alkali menggantikan pelarut untuk pembersihan

9. Penggunaankrom bermartabat tiga menggantikan yang bermartabat enam, dengan kemungkinan penurunan mutu hasil

10. Penggunaan tembaga sulfat atau tembaga pirofosfat untuk menggantikan tembaga sianida, jika mungkin dan

11. Penggunaan penangas pelapis seng, yang bersifat asam dan alkali untuk menggantikan seng sianida yang lebih membahayakan lingkungan.

1. Pemanfaatan/Penggunaan Kembali
Air pembilas dan larutan elektrolit dapat dimanfaatkan kembali. Sebagai contoh air keluaran dari tangki pembilas dari proses pembersihan asam dapat dipergunakan sebagai air masukan untuk tangki pembilas proses pembersihan lemak. Larutan bekas pembersihan asam dapat dipakai untuk pengaturan pH dalam proses pengolahan reduksi krom.

2. Pengambilan Bahan Yang Berguna
Pengambilan bahan yang berguna dapat dilakukan jika secara ekonomis dianggap layak. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelayakan ekonomi adalah volume limbah yang mengandung logam-logam, konsentrasi logam di dalam limbah, dan kemampuan disirkulasi beberapa logam.
Beberapa teknologi yang digunakan untuk mengambilkembali logam dan garam logam meliputi:

a. penguapan
b. osmose balik
c. penukar ion
d. elektrolitik recovery

2.2. kebijakan pemerintah

Ketika melakukan review dokumen AMDAL beberapa rumah sakit, ternyata masih banyak konsultan atau pemrakarsa kegiatan yang masih mempergunakan Dasar Hukum Kesehatan Lingkungan rumah sakit dengan Peraturan Nomor 986/Menkes/Per/IX/92. Sebagaimana kita ketahui bahwa Keputusan tersebut telah diperbaharui dengan Kepmenkes Nomor 1024/Menkes/SK/X/2004 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Sebagaimana tercantum dalam Keputusan tersebut, bahwa dengan berlakunya Keputusan Menteri ini maka Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 986 Tahun 1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan peraturan pelaksanaannya dicabut dan tidak berlaku lagi.

Sebagai bahan sharing, berikut kami informasikan beberapa isi Kepmenkes dimaksud sebagai berikut :

Bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Terdapat 3 (Tiga) buah lampiran yang disertakan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1204/Menkes/SK/X/2004 Tanggal : 19 Oktober 2004 tersebut, yaitu :

1. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

2. Kualifikasi Tenaga Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

3. Penilaian Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan (Inspeksi Sanitasi) Rumah Sakit

­Beberapa peraturan yang mengatur tentang pengelolaan lingkungan Rumah Sakit antara lain diatur dalam :

- Permenkes 1204/Menkes/PerXI/2004, mengatur tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

- Kepmen KLH 58/1995, mengatur tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit

- PP18 tahun 1999 jo PP 85 tahun 1999, mengatur tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan Beracun (B3)

- Kepdal 01- 05 tahun 1995 tentang pengelolaan limbah B3

­

Limbah medis termasuk dalam kategori limbah berbahaya dan beracun (LB3) sesuai dengan PP 18 thn 1999 jo PP 85 thn 1999 lampiran I daftar limbah spesifik dengan kode limbah D 227. Dalam kode limbah D227 tersebut disebutkan bahwa limbah rumah sakit dan limbah klinis yang termasuk limbah B3 adalah limbah klinis, produk farmasi kadaluarsa, peralatan laboratorium terkontaminasi, kemasan produk farmasi, limbah laboratorium, dan residu dari proses insinerasi. nya dalam kantong plastik yang berbeda beda berdasarkan karakteristik limbahnya. Limbah domestik di masukkan kedalam plastik berwarna hitam, limbah infeksius kedalam kantong plastik berwarna kuning, limbah sitotoksic kedalam warna kuning, limbah kimia/farmasi kedalam kantong plastik berwarna coklat dan limbah radio aktif kedalam kantong warna merah.

Disamping itu rumah sakit diwajibkan memiliki tempat penyimpanan sementara limbahnya sesuai persyaratan yang ditetapkan dalam Kepdal 01 tahun 1995. Pengelolaan limbah infeksius dengan menggunakan incinerator harus memenuhi beberapa persyaratan seperti yang tercantum dalam Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut mengatur tentang kualitas incinerator dan emisi yang dikeluarkannya. Incinerator yang diperbolehkan untuk digunakan sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki efisiensi pembakaran dan efisiensi penghancuran / penghilangan (Destruction Reduction Efisience) yang tinggi.

Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakit umumnya banyak mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah sakit tersebut. Dari sekian banyak sumber limbah di rumah sakit, limbah dari laboratorium paling perlu diwaspadai. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji laboratorium tidak bisa diurai hanya dengan aerasi atau activated sludge. Bahan-bahan itu mengandung logam berat dan inveksikus, sehingga harus disterilisasi atau dinormalkan sebelum ”dilempar” menjadi limbah tak berbahaya. Untuk foto rontgen misalnya, ada cairan tertentu yang mengandung radioaktif yang cukup berbahaya. Setelah bahan ini digunakan. limbahnya dibuang Banyak pihak yang menyadari tentang bahaya ini.

2.2. Teknologi pengolahan limbah

insenerasi

Teknologi pengolahan limbah medis yang sekarang jamak dioperasikan hanya berkisar antara masalah tangki septik dan insinerator. Keduanya sekarang terbukti memiliki nilai negatif besar. Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran rembesan air dari tangki yang dikhawatirkan dapat mencemari tanah. Terkadang ada beberapa rumah sakit yang membuang hasil akhir dari tangki septik tersebut langsung ke sungai-sungai, sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai mengandung zat medis.Sedangkan insinerator, yang menerapkan teknik pembakaran pada sampah medis, juga bukan berarti tanpa cacat.

Badan Perlindungan Lingkungan AS menemukan teknik insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat beracun. Penelitian terakhir menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu tumbuhnya kanker pada tubuh. Yang sangat menarik dari permasalahan ini adalah ditemukaannya teknologi pengolahan limbah dengan metode ozonisasi. Salah satu metode sterilisasi limbah cair rumah sakit yang direkomendasikan United States Environmental Protection Agency (U.S.EPA) tahun 1999. Teknologi ini sebenarnya dapat juga diterapkan untuk mengelola limbah pabrik tekstil, cat, kulit, dan lain-lain

Proses ozonisasi telah dikenal lebih dari seratus tahun yang lalu. Proses ozonisasi atau proses dengan menggunakan ozon pertama kali diperkenalkan Nies dari Prancis sebagai metode sterilisasi pada air minum pada tahun 1906. Penggunaan proses ozonisasi kemudian berkembang sangat pesat. Dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun terdapat kurang lebih 300 lokasi pengolahan air minum menggunakan ozonisasi untuk proses sterilisasinya di Amerika.

Dewasa ini, metode ozonisasi mulai banyak dipergunakan untuk sterilisasi bahan makanan, pencucian peralatan kedokteran, hingga sterilisasi udara pada ruangan kerja di perkantoran. Luasnya penggunaan ozon ini tidak terlepas dari sifat ozon yang dikenal memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa disekitarnya) serta memiliki oksidasi potential 2.07 V. Selain itu, ozon telah dapat dengan mudah dibuat dengan menggunakan plasma seperti corona discharge.
Melalui proses oksidasinya pula ozon mampu membunuh berbagai macam mikroorganisma seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella enteriditis, Hepatitis A Virus serta berbagai mikroorganisma patogen lainnya (Crites, 1998).

Melalui proses oksidasi langsung ozon akan merusak dinding bagian luar sel mikroorganisma (cell lysis) sekaligus membunuhnya. Juga melalui proses oksidasi oleh radikal bebas seperti hydrogen peroxy (HO2) dan hydroxyl radical (OH) yang terbentuk ketika ozon terurai dalam air. Seiring dengan perkembangan teknologi, dewasa ini ozon mulai banyak diaplikasikan dalam mengolah limbah cair domestik dan industri.

Ozonisasi limbah cair rumah sakit Proses pengolahan limbah dengan metode ozonisasi adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Limbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan laboratorium, dapur, laundry, toilet, dan lain sebagainya dikumpulkan pada sebuah kolam equalisasi lalu dipompakan ke tangki reaktor untuk dicampurkan dengan gas ozon. Gas ozon yang masuk dalam tangki reaktor bereaksi mengoksidasi senyawa organik dan membunuh bakteri patogen pada limbah cair. Limbah cair yang sudah teroksidasi kemudian dialirkan ke tangki koagulasi untuk dicampurkan koagulan. Lantas proses sedimentasi pada tangki berikutnya. Pada proses ini, polutan mikro, logam berat dan lain-lain sisa hasil proses oksidasi dalam tangki reaktor dapat diendapkan.

Selanjutnya dilakukan proses penyaringan pada tangki filtrasi. Pada tangki ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat pollutan yang terlewatkan pada proses koagulasi. Zat-zat polutan akan dihilangkan permukaan karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, atau tidak mampu lagi menyerap maka proses penyerapan akan berhenti, dan pada saat ini karbon aktif harus diganti dengan karbon aktif baru atau didaur ulang dengan cara dicuci. Air yang keluar dari filter karbon aktif untuk selanjutnya dapat dibuang dengan aman ke sungai.Ozon akan larut dalam air untuk menghasilkan hidroksil radikal (-OH), sebuah radikal bebas yang memiliki potential oksidasi yang sangat tinggi (2.8 V), jauh melebihi ozon (1.7 V) dan chlorine (1.36 V).

Hidroksil radikal adalah bahan oksidator yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik (fenol, pestisida, atrazine, TNT, dan sebagainya). Sebagai contoh, fenol yang teroksidasi oleh hidroksil radikal akan berubah menjadi hydroquinone, resorcinol, cathecol untuk kemudian teroksidasi kembali menjadi asam oxalic dan asam formic, senyawa organik asam yang lebih kecil yang mudah teroksidasi dengan kandungan oksigen yang di sekitarnya. Sebagai hasil akhir dari proses oksidasi hanya akan didapatkan karbon dioksida dan air.

Hidroksil radikal berkekuatan untuk mengoksidasi senyawa organik juga dapat dipergunakan dalam proses sterilisasi berbagai jenis mikroorganisma, menghilangkan bau, dan menghilangkan warna pada limbah cair. Dengan demikian akan dapat mengoksidasi senyawa organik serta membunuh bakteri patogen, yang banyak terkandung dalam limbah cair rumah sakit.Pada saringan karbon aktif akan terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat yang akan diserap oleh permukaan karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, proses penyerapan akan berhenti. Maka, karbon aktif harus diganti baru atau didaur ulang dengan cara dicuci.

Dalam aplikasi sistem ozonisasi sering dikombinasikan dengan lampu ultraviolet atau hidrogen peroksida. Dengan melakukan kombinasi ini akan didapatkan dengan mudah hidroksil radikal dalam air yang sangat dibutuhkan dalam proses oksidasi senyawa organik. Teknologi oksidasi ini tidak hanya dapat menguraikan senyawa kimia beracun yang berada dalam air, tapi juga sekaligus menghilangkannya sehingga limbah padat (sludge) dapat diminimalisasi hingga mendekati 100%. Dengan pemanfaatan sistem ozonisasi ini dapat pihak rumah sakit tidak hanya dapat mengolah limbahnya tapi juga akan dapat menggunakan kembali air limbah yang telah terproses (daur ulang). Teknologi ini, selain efisiensi waktu juga cukup ekonomis, karena tidak memerlukan tempat instalasi yang luas.

2.3. Batas Aman Limbah

Baku Mutu DRE untuk Incinerator

No

Parameter

Baku Mutu DRE

1.

POHCs

99.99%

2.

Polychlorinated biphenil (PCBs)

99.9999%

3.

Polychlorinated dibenzofuran (PCDFs)

99.9999%

4.

Polychlorinated dibenzo-p-dioksin

99.9999%

Disamping itu, persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam menjalankan incinerator adalah emisi udara yang dikeluarkannya harus sesuai dengan baku mutu emisi untuk incinerator.

Baku Mutu Emisi Udara untuk Incinerator

No

Parameter

Kadar Maksimum (mg/Nm2)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12

13

14

Partikel

Sulfur dioksida (SO2)

Nitrogen dioksida (NO2)

Hidrogen Fluorida (HF)

Karbon Monoksida (CO)

Hidrogen Chlorida (HCl)

Total Hidrocarbon (sbg CH4)

Arsen (As)

Kadmiun (Cd)

Kromium (Cr)

Timbal (Pb)

Merkuri (Hg)

Talium (Tl)

Opasitas

50

250

300

10

100

70

35

1

0.2

1

5

0.2

0.2

10%

BAB 3

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Menurut ehless dan stell, air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industry, dan tempat – temapt umum lainnya dan biasanya sa mengandung bahan – bahan atau zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan. Limbah dapat berasal dari rumah tangga, perkotaan, dan industry.

Banyak penyakit yang dapat ditimbulkan oleh limbah apalagi limbah yang tidak dikeklola dengan baik sebelum dibuang. Kebijakan pemerintah tentang limbah sudah ada. Dan untuk menunjang hal tersebut telah dibuat ambang batas limbah itu di lingkungan.

3.2. SARAN

Kesehatan lingkungan sangat terganggu dengan adanya limbah, oleh sebab itu mulailah dari diri sendiri untuk mengurangi limbah, dan menjaga kebersihal lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Limbah Cair Berbagai Industri di Indonesia; Sumber, Pengendalian dan Baku Mutu, Clifton Potter, M. Soeparwadi, Aulia Gani, Penyunting SN Kartikasari, Agus Widyantoro, Project of the Ministry of State for the Environment, Republic of Indonesia and Dalhousie University, Canada, 1994.

Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Lapis Listrik. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 1996.

http://www.menlh.go.id/usaha-kecil/index-view.php?sub=7

Chandra, budiman. 2006. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta:ECG



Tidak ada komentar:

Posting Komentar